PEMBINAAN MENTAL “INTERNALISASI IBADAH QURBAN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL”
PTASAMARINDA – Senin (3/7) pukul 08.00 bertempat di Aula Utama Pengadilan Tinggi Agama Samarinda telah dilaksanakan kegiatan Pembinaan Mental bagi apartur pengadilan. Pembinaan kali ini mengusung tema “Internalisasi Ibadah Qurban dalam Kehidupan Sosial” oleh YM Bapak Drs. Kholis, M.H. selaku Hakim Tinggi PTA Samarinda.
Kegiatan pembinaan mental ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Pengadilan Tinggi Agama Samarinda untuk seluruh pegawai dengan pemateri/narasumber dari Hakim Tinggi dan berlangsung secara bergantian di setiap minggunya.
Narasumber Pembinaan Mental, Drs. Kholis, M.H., Hakim Tinggi PTA Samarinda
YM Bapak Drs. Kholis, M.H. selaku pemateri/narasumber menyampaikan bahwa dasar disyariatkannya Qurban tertuang dari Qs. Al Kautsar: 1-2 “Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak. Maka, laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!” dan QS. Ibrahim: 34 “Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya”.
Kemudian sejak disyariatkannya Ibadah Qurban, Nabi Saw tidak pernah meninggalkannya yang kemudian dilanjutkan oleh para sahabat dan imam mazdhab, dimana hukum berqurban bagi yang mampu menurut Imam Syafi’i adalah Sunah Muakkad sedangkan menurut Abu Hanifah ialah Wajib.
Adapun hikmah/manfaat berqurban ada 2 diantaranya terwujudnya kesalehan individu dan terwujudnya kesalehan sosial.
Untuk kasalehan individu membutuhkan semangat untuk mendekatkan diri kepada Allah sebagaimana disampaikan dalam Hadits Hasan riwayat al-Tirmidzi: 1413 dan Ibn Majah: 3117 “Aisyah menuturkan dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya”.
Sedangkan untuk kesalehan sosial Berqurban dalam dimensi sosial bertujuan untuk menggembirakan kaum fakir pada Hari Raya Idul Adha. Karena itu, daging kurban hendaklah diberikan kepada mereka yang membutuhkan, boleh menyisakan secukupnya untuk dikonsumsi keluarga yang berkurban, dengan tetap mengutamakan kaum fakir dan miskin.
Di akhir pembinaannya, YM Bapak Drs. Kholis, M.H. menyampaikan intisari penting dari pembinaan mental “Internalisasi Ibadah Qurban dalam Kehidupan Sosial” yang tertuang pada poin-poin di bawah ini :
- Berqurban hukumnya sunah muakkad, namun menurut Imam Abu Hanifah hukumnya wajib bagi mereka yang mampu.
- Berqurban dalam dimensi vertikal, untuk mendekatkan diri kepada Allah supaya mendapat keridlaanNya.
- Berqurban dalam dimensi sosial, bertujuan untuk menggembirakan kaum fakir pada Hari Raya Idul Adha, membangun rasa empati dan menganggap orang lain sebagai saudara.
- Jiwa rela berqurban dapat membangun karakter Aparat berhati lapang dalam membangun kebersamaan sehingga dapat saling menguatkan dan mengisi kekurangan di PTA Samarinda.
- Berqurban merupakan ungkapan rasa syukur atas pemberian rejeki selama ini, diantaranya diperoleh melalui kantor Pengadilan Tinggi Agama Samarinda.
Nantikan pemberitaan terkait kegiatan Pembinaan Mental Pengadilan Tinggi Agama Samarinda selanjutnya hanya di website resmi PTA Samarinda. (dmy)
Pembukaan Kegiatan Pembinaan Mental oleh MC, Sdri. Rachmawaty, S.E.
Peserta Pembinaan Mental Nampak Serius Memperhatikan Materi yang Disampaikan